Masa depan...
Siapakah kamu sebenarnya?
Mengapa kamu terus menungguku?
Aku bahkan tak kenal dirimu, namun kamu selalu saja menghantuiku
Masa depan...
Pernah terpikir olehku bahwa kamu adalah kabut
Kabut yang bisa kuraih namun tak bisa kulihat isinya
Kabut yang dingin yang membuatku ragu tuk melangkah menuju tempatmu
Masa depan..
Apa yang kau sembunyikan di balik kabutmu itu?
Tak bisakah sedikit saja kau memperlihatkan padaku?
Apa yang kau rahasiakan dariku?
Masa depan..
Terkadang aku ingin menyibakmu dan berjalan bersamamu dalam kehidupanku
Namun, rasa takut kadang mencengkeramku tuk menghindar darimu
Kamu ibarat yin dan yang....putih dan hitam...semua ada padamu
Aku tak tahu kemana kamu akan membawaku
Apakah kamu akan memberikanku ying ataukah yang?
Jalan mana yang kamu berikan untukku?
Aku tahu kamu ingin aku memilih dan menentukan
Tetapi tak semuanya berjalan sesuai rencana bukan?
Aku telah berencana dan berdoa kepada Tuhan agar Dia memberikan kamu yang baik
Hanya saja aku tetap tak tahu apa yang akan terjadi
Aku tak tahu dimana kedua kakiku kelak akan berpijak....
Apakah di tanah Borneo yang luas itu
ataukah terpasung dalam tanah Jawa ini?
Masa depan..
Kemanapun kamu membawaku, aku hanya meminta satu hal
Bahagiakanlah aku dengan tempat dimana kamu menungguku
Sambutlah aku dengan kebaikan-kebaikan yang menyenangkan
Hingga saat itu tiba, aku akan tetap berjalan bersama saudaramu, masa kini, tuk datang dan berjalan bersamamu di kemudian hari
*Sebuah kabut yang tipis namun tak dapat menampakkan apa yang tersembunyi sedang menunggu, menunggu tuannya yang berjalan tertaih-tatih ke arahnya. Si tuan, pemilik dari masa depan, bahkan tak mampu melihatnya. Segala cara telah ia lakukan untuk membuka peti yang dikunci masa depan. Nihil. Apa yang ditutupi masa depan sangat membuatnya penasaran. Tak ada jalan lain, si tuan pun mendatanginya. Hingga kini ia hanya bisa berjalan, sesekali beristirahat dan termenung memikirkan masa depannya. Hanya menunggu, berjalan, dan berdoalah yang ia lakukan sampai masa depan kan menjeput si tuan.
Komentar
Posting Komentar