Aku...gak tau harus ngomong apa lagi, hanya di blog ini yang menjadi diariku, aku bisa menumpahkan unek-unekku. Kamu tahu diari...aku sebagai pemilikmu ini adalah orang yang gak berguna. Dalam perjalanan menuntut ilmu ini, aku justru semakin jadi males...kenapa? Aku sendiri tak tahu...Dulu, aku termasuk anak yang lumayan rajin sampai aku S1. Ngerjain laporan duluan, ngerjain PR selalu rajin. Sekarang aku S2...yang notabene lebih sulit malah aku semakin terpuruk. Malas, itu yang membuatku jadi begini. Di tengah-tengah aku terlena dan menikmati rasa malas ini...Tuhan menamparku! Tamparan yang jauh lebih menyakitkan daripada tamparan-Nya saat aku dulu menunggu sesuatu yang tak mungkin. Tamparan kali ini membuatku lunglai...dan aku tak bisa bergerak lagi.
Kamu tahu diari...hari ini adalah hari yang mungkin takkan kulupakan semasa hidupku ini. Jumat, 24 Januari 2014, adalah pertama kalinya dalam sejarah hidupku aku gak belajar buat ujian! Diari, aku harus ngomong apa? Berat menceritakannya padamu. Sebenarnya hari Kamis kemarin aku free gak ada ujian. Sebelumnya pas hari Rabu aku sempat melihat jadwal bahwa ujian Biokim diadakan jam 1 siang. Aku melihatnya bersama temanku, dan dia juga mengira bahwa itu diadakan jam 1 siang. Aku segera membuat rencana. Berhubung hari Kamis aku gak ujian, maka waktu senggang itu aku gunakan untuk bersih2 kos, beres2 buku, nyuci pakaian setumpuk, dan sorenya aku nyetrika. Kamis malam aku gak belajar karena aku berniat belajar pada pukul 3 pagi dan aku saat itu masih sedikit tenang karena aku pikir masih ada waktu banyak buat belajar sampai setidaknya jam 12 siang. Aku beneran bangun pukul 3 pagi dan setelah beberapa saat kemudian aku sms ke temenku untuk memastikan jadwal ujian. Aku baru mulai belajar pukul 4 pagi dan saat jam menunjukkan angka 5, temenku membalas pesanku. "Ujiannya jam 8 pagi to?". Demi membaca pesan itu, aku langsung bagai kesamber gledek. Aku balas " Hah, aku liat di jadwal jam 1 ki?" Aku pun sms temenku yang dulu saat melihat jadwal bareng sama aku. Dia membalas "Setelah aku tanya 2 ternyata ujiannya jam 8 pagi, mungkin yg kita liat saat itu adalah jadwal lama. Aku juga belum selesai, kurang 3 bab, ayo semangat." Saat itu juga aku gak bisa ngomong apa2 lagi, aku hanya terpaku melihat lembaran-lembaran Biokimia ini dengan tatapan mata yang kosong. Bisakah kau bayangkan bagaimana perasaanku diari? Aku benar-benar belum belajar. Aku baru belajar 4 halaman dari berbanyak halaman. Aku syok, ingin rasanya aku menangis, tapi aku tak bisa. Ingin rasanya aku memutar waktu, tapi aku tak kuasa. Ini pertama kalinya aku gak belajar buat UAS. Pertama kalinya! Aku memang kalau belajar selalu mendadak, dan jujur itu membuatku tak maksimal, seperti UTS kemarin yang nilaiku gak maksimal. Rupanya Tuhan tak suka aku yang begini. Tuhan ingin aku kembali seperti dulu, aku yang rajin, aku dalam versi "in track" bukan versi "males". Tuhan menamparku....
Ujian itu sungguh mencekikku. Bagaimana bisa enzim restriksi endonuklease terlupakan begitu saja, yang namanya terkenal seantero jagad raya. Aku lupa. Saat ujian, aku bener2 pucet, tanganku seolah tak mampu bergerak. Tulisanku tak beda jauh sama dokter. Aku..tak tau harus ngomong apa lagi. Serasa semua darah mengalir ke otakku, dan kalau itu listrik pastilah sudah konslet. Selesai ujian, aku merasa bahwa akulah orang yang paling bodoh di kelas. Hal sekecil itu saja aku lupa. Aku berharap semua jawaban yang aku tulis paling tidak ada nilainya. Aku gak yakin dengan ujian ini, beberapa memang aku bisa, tetapi terkadang dosen juga sangat teliti menilainya. Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri. Mengapa aku gak tanya sebelumnya dengan temanku untuk memastikan jadwal? Dengan begitu aku akan menunda membersihkan kos. Aku sejujurnya kecewa dengan temanku yang tak memberitahuku. Mengapa dia tak mengatakan bahwa ujiannya jam 8 pagi? Tapi aku tak bisa menyalahkannya. Aku juga kecewa dengan temenku yang lain yang bahkan tak percaya kalau aku gak belajar. Katanya "Bohong, pasti uda belajar." Aku kecewa mengapa ekspresinya seperti itu. Tak bisakah dia menyemangatiku saja, tak perlu mengatakan yang membuat aku tertusuk. Tak bisakah dia hanya bilang "Ayo semangat belajar." Itu saja udah membuatku senang sebenarnya. Tapi yang aku harapkan tak terjadi. Maka dari itu, hanya padamu diari aku bisa percaya untuk menceritakan apa saja, karena aku tahu kamu yang menjadi saksi bisu ceritaku dan satu-satunya yang percaya padaku. Sebenarnya aku tak menyalahkannya, aku hanya kecewa. Aku hanya bisa menyalahkan diriku saja, aku kecewa pada diriku sendiri...aku yang malas dan kenapa aku tak belajar pada malam harinya...
Hal yang bisa kulakukan sekarang adalah menunggu, berharap, dan berdoa. Semoga ya Tuhan, takdirku untuk mendapat hasil yang baik mungkin kecil. Tapi aku akan optimis mengingat beberapa aku ada yang bisa, lainnya aku kurang yakin, sekalipun begitu aku akan berdoa semoga Engkau membuat takdirku menjadi lebih baik. Bukankah doa itu dapat mengubah takdir? Engkau baik sekali menamparku untuk kedua kalinya, terimakasih. Tamparan yang pertama membuatku merana dan yang sekarang membuatku tenggelam tapi aku yakin Kau ingin aku berubah, dan ingin aku kembali ke permukaan untuk menjadi diriku yang dulu, yang tangguh dan kuat.
Komentar
Posting Komentar