Langsung ke konten utama

Resensi Film : LIKE FATHER, LIKE SON J-MOVIE



Like Father Like Son



Film ini…ulalaaaa mumumumu :D. Udah lama banget tidur di HD dan baru aku tonton habis ujian komprehensif kemarin. Huhu..ke depan entahlah aku ada waktu nulis ato enggak, yang jelas gak bakal se-update dulu lagi. This research drives me crazy..it’s okay..i enjoy it :D. Like Father Like Son 2013, film Japan yang berjaya (kayaknya) di Cannes, memiliki tema tentang keluarga. Pasaran. Anak ketuker, plus alur yang lumayan lambat. Tunggu dulu…sekalipun begitu, dalam film ini tak akan ditemui adegan nangis bercucuran air mata parah seperti Endless Love-nya Song Hye Gyo. Nangis sih tetep ada, namun film ini memperlihatkan keluarga yang tegar dan hakekat hubungan seorang ayah dan anak. Jadi, pemirsa tak usah kuatir tisu nya habis ya…langsung yuk cekidot J

Adegan dibuka dengan seorang ayah, anak dan ibu yang duduk di kursi melakukan sebuah wawancara. Tampaknya wawancara masuk sekolah si anak yang merupakan titisannya Lee Jong Suk (habisnya cute sih :O). 


Guru bertanya pada si ayah—Ryota Nonomiya--, apakah Keita anaknya mirip dengan ayah atau si ibu. Ryota menjelaskan bahwa Keita sangat lembut dan baik hati seperti istrinya—Midori Nonomiya. Giliran Keita yang ditanya tentang musim apa yang disukainya. “Musim panas..karena bisa berkemah dan bermain layang2 dengan ayah”. Di adegan selanjutnya diketahui bahwa pada kenyataanya Keita belum pernah berkemah dan bermain layang2 dengan ayahnya yang sangat sibuk. Ryota adalah seorang arsitek yang sukses namun juga sangat sibuk. Mungkin karena inilah dia agak keras dengan Keita. Usia sekecil Keita sudah diberi tekanan mengenai pentingnya bekerja keras dan usaha. “Bukankah dia harus berlatih piano?”. Midori menjawab “Dia baru selesai dengan ujianya, jadi biarkanlah…”. Ryota memotong “Dia harus disiplin, kalau ..”. “Kalau tertinggal sehari maka harus mengejar ketertinggalan selama 3 hari”. Midori mengerti betul sifat suaminya itu. Ryota, sangat ambisius atas usah keras dan menganggap bahwa Keita telah dididiknya dengan baik. Berbeda dengan Midori, perhatian, lembut, dan tak pernah menekan Keita, walau sebenarnya Midori juga cukup protektif dengan anaknya.

RS Maebashi mengundang Ryota dan Midori untuk membicarakan suatu hal. Ternyata ini berkaitan dengan Keita, dimana dia kemungkinan bukan anak mereka. Maka dari itu RS melakukan tes DNA dan sudah dapat diduga bahwa Keita bukan anak mereka. Jelas keduanya sangat syok, kemudian Ryota mulai menyalahkan Midori karena memiliki rumah sakit daerah, yang belum tentu aman menurut Ryota, untuk melahirkan. Midori berkata karena Ryota sangat sibuk sehingga Midori berpikir bahwa melahirkan di dekat ibunya saja agar tak kesepian.

Kedua keluarga dipertemukan. Keita tertukar dengan Ryusei. Masing-masing dari mereka memberikan foto kedua anak itu. “Bukankah kita punya foto Ryusei yang lebih jelas?”Keluarga Saiki menunjukkan video Ryusei yang bersenang2 di sungai.


(Kontras dengan Keita yang selalu digambarkan sendiri tak bermain dengan teman2 sebayanya). Pihak RS menyatakan bahwa pada kasus seperti ini maka anak harus dikembalikan ke orang tua asli dan sebaiknya sebelum sekolah dasar dimulai. Mereka kaget, haruskah secepat itu. Bagaimanapun juga, 6 tahun tidaklah mudah untuk melupakan anak yang diasuhnya selama ini, sekalipun bukan anak kandung. Pada akhirnya mereka sepakat melakukan pengenalan lebih jauh terhadap anak mereka sendiri sebelum ditukar dengan cara mempertemukan Keita dan Ryusei.

Saat makan bersama, Ryota dan Midori sempat memperhatikan Ryusei, anak kandungnya. Sangat berbeda dengan Keita-nya yang tenang dan tak banyak bergurau saat makan, Ryusei justru kebalikannya.



Setelah makan, mereka bermain bersama. Ryusei, ditemani dengan dua adiknya, cepat akrab dengan Keita. Sementara itu, para orang tua berdiskusi mengenai apa yang akan mereka lakukan dan kemudian Ryota berencana menghubungi pengacara untuk menuntut pihak RS. Ryota pun menemui pengacara dan dia berkata bahwa ingin mengasuh baik Keita maupun Ryusei karena baginya kelarga Saiki tidak cukup mampu merawat Ryusei dan Keita kelak. Selanjutnya, kedua keluarga kembali bertemu dengan RS yang menyarankan agar kedua anak mulai tingal di rumah aslinya. Ryota pun menyetujuinya agar pada malam Minggu mereka mencoba hal itu.

Midori menemani Keita berlatih piano. Setelah selesai Midori bertanya apa Keita suka bermain piano, jika tidak maka dia tak usah meneruskannya. “Tapi Papa bilang ini bagus untukku,” jawabnya. “Benar. Ada konser juga. Kalau begitu kita teruskan?” tanya Midori kembali. Keita mengangguk. (Disini terlihat bahwa sebenarnya Ryota mencetak Keita seperti apa maunya, bukan membiarkan Keita menjadi diri sendiri dan mengembangkan bakat aslinya).

Ryota bermain dengan Keita dan berkata bahwa ada misi yang harus Keita selesaikan yaitu bermalam di rumah Ryusei. Malam minggu tiba dan kedua anak ditukar. Keita, dirinya mendapat pengalaman baru bersama keluarga yang ramai tidak seperti di rumahnya yang hanya bertiga bersama kedua orang tua asuhnya. Sementara Ryusei, menjadi anak tunggal sesaat yang sangat berbeda saat bersama dengan keluarga ramainya. Saat kedua anak dikembalikan lagi, Midori kaget bahwa Keita terluka di tangannya. “tak apa-apa, aku sudah menghentikannya,”kata Yukari Saiki. DI rumah, Ryota komplain mengapa mereka tak minta maaf padahal sudah mengakuinya. Midori menjawab bahwa seharusnya Ryota ikut bersamanya karena percuma saja menyalahkan dirinya.

Keita dan Ryusei kembali bermain bersama. Mereka sangat akrab seperti layaknya saudara kandung. Saat akan pulang, Keluarga Saiki memesan makanan untuk dibungkus. “Untuk mertuaku, dia pasti kelaparan.” “Sepertinya aku tak sanggup lagi, rasanya memiliki 4 anak saja.” “Istrinya menyambung ,” atau lima anak”. Mereka tertawa, namun tidak dengan Ryota. Melihat hal ini dia justru merasa bahwa keluarga itu memang tak dapat merawat anak-anaknya, dia berpikir bagaimana dengan Keita-nya kelak jika benar tinggal bersama dengan mereka. Maka Ryota berkata bahwa bagaimana jika Ryusei dan Keita tinggal bersamanya. 



Hal ini jelas menyinggung perasaan keluarga Saiki karena Ryota menghina kemampuan finansialnya. Midori melerai dan kemudian mereka pulang ke rumah masing2.

Hari berikutnya, kedua keluarga pergi ke RS dan ternyata ada seorang yang akan memberitahu mereka tentang kejadian sebenarnya. Dia adalah suster Miyazaki yang dahulu menukar kedua bayi. Alasannya karena suster tersebut ingin melampiaskan penderitaanya ketika membesarkan anak suaminya (dengan wanita lain) kepada keluarga Nonomiya yang terlihat bahagia atas kelahiran Ryusei. Keluarga Nonomiya yang kaya dan tampak tak memiliki masalah apapun menjadikan Miyazaki iri dan ingin agar keluarga itu merasakan masalah sama seperti dirinya, sehingga keputusan menukar anak mereka dengan anak keluarga Saiki dilakukannya tanpa pikir panjang. Tentu saja hal ini membuat kedua keluarga marah, terlebih Miyazaki baru mengakuinya saat ini dan ketika dia membuat pengakuan sudah melewati batas waktu sehingga kecil kemungkinan akan dipenjara. 

Ryota dan kakaknya mengunjungi kedua ayah mereka yang sedang sakit. Sebenarnya Ryota kurang senang ketika akan bertemu dengan ibu tirinya yang bagi Ryota adalah orang asing. Disini sebenarnya Ryota memiliki 2 masalah yakni hubungannya dengan ibu tiri dan Keita-nya yang juga sebenarnya adalah orang asing. Di rumah, ayahnya bertanya mengenai anak kandung Ryota ,”Apa dia mirip denganmu? Pasti mirip meski tak tinggal bersama”. Ayah Ryota menasehatinya agar mereka menukar kedua anak itu sesegera mungkin dan jangan pernah menghubungi keluarga Saiki. Ketika akan pulang, ibu tiri Ryota berkata bahwa Ryota bisa menyayangi orang lain seperti ibu tirinya menyayangi dia. Namun, saat itu Ryota belum menyadarinya.

Keita membuat 2 bunga saat di sekolah dan Midori berkata itu untuk hari Ayah. “Keita terimakasih.” “Yang satunya untuk ayahnya Ryusei, aku ingin berterimakasih karena sudah memperbaiki robotku.” Ryota tertegun sejenak. Akhirnya dia mengerti bahwa memang seharusnyalah mereka menukar anak, seperti saran ayahnya. Selanjutnya, Ryota Midori dan Keita menghadiri konser piano dimana Keita juga bermain. Ada seorang anak perempuan yang bermain sangat bagus, berbeda dengan Keita yang belum begitu lancar. “Keita , ayah tak mengerti. Jika kau tak punya kemauan untuk belajar (piano) lebih baik tak usah diteruskan saja.” Midori membela ,”Tak setiap orang bisa berusaha keras sepertimu walau dia berusaha keras tapi dia tak menginginkannya. Kurasa Keita mirip denganku.” Gara2 hal ini, mereka di rumah bertengkar. Ryota sangat terlihat bahwa ingin Keita pergi sementara Midori mempertahankannya. “6 tahun bersama Keita tak berarti apa2 buatmu, pertalian darah lah yang penting. Kau berkata semuanya jadi masuk akal. Apanya yang masuk akal? Jelas kau tak bisa menerima bahwa Keita tak memiliki bakat sepertimu.” Keesokkan paginya, Ryota dan Keita bermain dan berfoto bersama lalu saat makan Ryota berkata bahwa ada misi lagi untuk tinggal di rumah Ryusei namun dalam waktu yang lama. “Untuk apa?” “Sekarang tujuannya belum jelas, namun 10 tahun lagi kau akan menegrti”.

Tiba hari terakhir untuk menukar anak. Kedua keluarga berlibur bersama. “Ada banyak hal yang membuatnya takut. Ke kamar mandi saat malam saja aku harus mengantar. Tapi sejak Yamato lahir, Ryusei menjadi kakak dan berjanji bahwa saat Yamato tidak memakai popok dia tidak takut lagi”. “Keita sangat ingin punya adik, tapi aku yang tak bisa punya anak lagi. Pada akhirnya dia akan punya adik sekalipun dengan cara seperti ini”. Begitu percakapan Midori dan Yukari.  Sementara itu, Ryota bersama dengan Keita



“Keita, saat kau pulang rumah nanti, kau jangan khawatir. Ayah dan ibunya Ryusei sangat menyayangimu.” “Melebihi rasa sayang ayah?” tanya Keita polos. “Melebihi rasa sayang ayah,”jawab Ryota. Liburan pun diakhiri dengan acara berfoto bersama.



Ada banyak kebiasaan Ryusei yang dilakukan di rumah barunya seperti saat di rumahnya yang lama. Tapi nampaknya Ryota kurang suka. Seperti saat Ryusei mencorat-coret kaca kamar mandi dengan pasta gigi, memencet tombol piano sekena hati. Hal ini membuat Ryota rindu dengan Keita yang dulu bermain piano membunyikan nada2 indah. Saat mainan Ryusei rusak, dia meminta Ryota memperbaikinya .” Minta ibu untuk membelikanmu yang baru,” tapi Ryusei menjawab ,”Kalau aku nanti pulang, aku akan meminta ayah memperbaikinya.” Ryota cukup kaget ,”Ryusei, kau takkan pulang ke rumah itu lagi. Aku ini ayahmu yang sebenarnya.” Terlihat bahwa Ryusei kurang nyaman tinggal di rumah aslinya, dia rindu dengan keluarganya yang di desa. Hari berikutnya  Ryota menemui suster Miyazaki dan berkata bahwa perbuatannya sangat melukai perasaan keluarga mereka. Ryota mengembalikan surat permohonan maaf si suster. Disini Ryota kemudian bertemu dengan anak tiri suster Miyazaki yang bertanya apa maunya datang kepada ibunya. Ryota benar2 sadar. Anak tiri suster itu sangat menyayangi Miyazaki. Kasusnya sama dengan dirinya dan ibu tirinya. Selama ini Ryota tak sadar ibu tirinya sangat sayang padanya, dia selalu menolak keberadaan istri ayahnya itu. Tapi saat bertemu dengan anak Miyazaki, Ryota tahu dia salah. Maka dari itu, dia menelepon ibunya untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungannya.

Saat Midori tidur, Ryusei keluar dari rumah. Dia benar2 ingin kembali pada keluarga di desanya.



Ryusei kembali ke rumah dengan kereta dan keluarga Saiki lalu menelpon Ryota. Ryota pun menjemput Ryusei. Keita yang mengira bahwa ayahnya ingin menjemputnya kemudian kecewa karena Ryota ternyata menjemput Ryusei. Keita langsung bersembunyi memendam kekecewaanya. Ryuseipun akhirnya pulang bersama Ryota. “Aku dulu juga pernah kabur dari rumah, untuk bertemu ibuku, tapi ayah menyeretku pulang,” kata Ryota pada Midori. Peristiwa itu justru mendekatkan Ryusei dengan kedua orang tua kandungnya. Mereka mendirikan tenda di dalam rumah, memancing dari balkon apartemen, dan mereka sangat bahagia. Midori berkata bahwa sekarang dia menyayangi Ryusei tapi dia juga merasa bersalah dengan Keita. Midori tak dapat memungkiri bahwa dia rindu Keita. Ryota pun demikian. Dia akhirnya menyadari bahwa dia takbisa melupakan Keita. Ryota melihat di kamera DSLR (Digital Sing Larang Regane :D, melenceng dikit gak papa yaa…habisnya terlalu serius gak ada ketawanya blas, btw mianhae..paragraf ini aku skip agak cepet) bahwa ternyata Keita mengambil gambar dirinya begitu banyak tanpa Ryota sadari. Ryota menangis, ternyata Keita sangat perhatian padanya.

Midori, Ryota dan Ryusei pergi ke rumah keluarga Saiki. “Aku pulang ke rumah,” kata Ryusei. Keita mendengar mereka datang tapi dia langsung berlari keluar menghindari Ryota dan Midori. “Keita,” teriak keduanya. Keita terus berlari, dia merasa bahwa ayah ibunya tak lagi sayang padanya. Ryota mengejar Keita sampai di suatu taman “Keita, maafkan ayah. Ayah tak tahan tanpa melihatmu”. “Ayah bukan ayahku lagi,” jawab Keita tanpa menoleh. “Benar, aku bukan ayahmu. Tapi aku adalah ayahmu selama 6 tahun”. Keita terus berjalan. “Bunga yang kau berikan..aku menghilangkannya, maafkan aku. Di kamera itu…terdapat semua foto ayah yang kau ambil. Keita..ayah berhenti bermain piano…dengar…misinya sudah selesai”. Di ujung pertemuan jalan mereka bertemu, dan Ryota langsung memeluk Keita (air mataku mencuri-curi keluar dari kelopak mataku T.T).



“Mereka pulang,” teriak Ryusei. Midori berlari menjemput keita dan menangis. Akhirnya..semua kembali menjadi baik :D. (Apa-apaan ini kalimat penutup cuman 3 kalimat! #ditabokreaders).

Intinya Ryota telah memperbaiki hubungannya dengan Keita dan juga ibu tirinya. Film ini mengajarkan pada kita bahwa cinta dan kasih sayang yang tulus juga dapat diperoleh dari orang asing, tak melulu dari pertalian darah.


Hwaaa….sepanjang film yang kupelototin cuman Keita…itu bocah culikable banget. Matanya itu lho…bulet item berbinar-binar..cling-cling-cling….so cute! Seperti yang kubilang, alurnya lambat, tapi gak ngebosenin kok karena sutradara menunjukkan sisi yang berbeda untuk sebuah tema “anak tertukar” yang notabene banyak bertebaran di dunia film. Btw..aku masih penasaran apakah Keita nantinya tinggal bersama Ryota dan Midori mengingat Ryota berkata bahwa “misinya sudah selesai”. Jika itu beneran terjadi di dunia nyata, secara logika masak iya sih, lalu Ryusei anak kandungnya mau dikemanain. Gak mungkin kan ya…mungkin mereka tetap dengan anak kandung masing2 tapi masih sering ketemuan tapi…menurutku ini masih nggantung deh…menurutmu gimana readers?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ternyata Aku Gak Punya Sidik Jari...

Kali ini aku mau bercerita lagi..Ini berkaitan dengan malangnya nasib yang kualami. Baiklah..aku akan bercerita... Pada suatu ketika...once upon a time...ada sebuah kisah.. kisah yang terlalu pilu untuk diceritakan... ini tentang seseorang yang kehilangan sidik jarinya.. itulah aku.. Nasip oh nasip.... Sebelumnya, knapa aku bikin post ini karena tiba2 aja aku liet tanganku ini. Ceritanya lagi makan pake tangan, eh tiba2 kenangan itu muncul..Jadi ada ide nih buat nge blog. Aku ini orangnya suka milih kalo makan. Aku cenderung gak suka makanan manis2, roti terutama. Ya tapi klo brownies sih mau...iya laaah...masa gak suka brownies,keterlaluan. Pokonya kalo cokelat aku mau, tapi kalo yg lain gak terlalu suka. Makanan idamanku semisal yang asin2 ato gurih2. So, aku ini senengnya kalo ngemil tu keripik2 buka yg roti2 gitu...Saking sukanya sama asin n gurih, makanan macem itu bisa langsung abis sekali aku adepin. Nah.....suatu ketika, aku masih kelas 1 SMP waktu itu. Ke

Pengalaman Lolos Tes CPNS Dosen Kemenag

Yakin..Terkadang Memang Sulit Mengerti Takdir Yang Allah Putuskan, Tapi Yakinlah Bersamanya Ada Kebaikan I am a typical person who tend to get what I want… SD-SMP-SMA-Kuliah S1 dan S2 boleh dibilang lancar jaya.Ya gak jaya mahe amat sih, tapi overall bisa dikatakan sesuai track. Selesai S2 adalah saat dimana gue sadar gue akan bekerja. Bekerja artinya untuk mempersiapkan finansial demi kehidupan yang dijalani dan pekerjaan yang gue cari selama ini adalah dosen. Ini adalah sepenggal pengalaman mencari pekerjaan sebagai dosen yang telah gue jalani.  pengalaman cari kerja Ini adalah first impression saat gue menjejakkan kaki di Kalimantan Selatan, saat akhirnya gue keterima jadi dosen non-PNS.  my first impression Sejak awal daftar di Kalsel niatnya adalah pengen punya pengalaman kerja biar keterima kerja di Jawa karena selama apply kerja di Jawa itu selalu kalah di pengalaman kerja atau kalah ama “orang dalam”. Padahal awal ikut daftar tes dosen non-PNS di kalsel i

Resensi Film : TANGLED

Film animasi tahun 2010 ini adalah film animasi yang paling kusuka. Walau udah 2 tahun yang lalu, aku masih sering re-run film ini. Diisi oleh suara milik Mandy Moore dan Zachary Levi membuat film ini semakin berkarakter. Tangled sendiri diartikan sebagai hair (rambut) karena ceritanya memang tentang Rapunzel si Rambut Pirang Ajaib. Rapunzel (Mandy Moore) adalah putri kerajaan yang diculik oleh Gothel si Penyihir (Donna Murphy). Gothel ingin memanfaatkan rambut ajaib Rapunzel agar tetap awet muda. Sementara Rapunzel kecil tidak mengetahui bahwa dia diculik sejak masih bayi. Waktu terus berganti sampai akhirnya Rapunzel akan berumur 18 tahun. Selama hampir 18 tahun, dia selalu melihat cahaya-cahaya yang bersinar dari kejauhan di malam ketika dia berulang tahun.  Mimpi Rapunzel adalah melihat cahaya-cahaya itu dari dekat, namun Gothel tidak pernah mengizinkan dengan alasan banyak orang jahat di luar yang akan memanfaatkan rambut ajaibnya. Sampai suatu saat Rapunzel bertemu