Langsung ke konten utama

Aku Ingin Jogja Menjadi Teladan di Indonesia



Siapa tak kenal Jogjakarta, yang sering disebut Jogja saja? Namanya terkenal bak artis seantero nusantara. Semua orang menyanjung dan mengaguminya. Bagaimana tidak, Jogja ini sangat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Jogja ibarat miniatur Indonesia karena berbagai pendatang dari beragam suku dengan budaya yang melekat padanya menambah keanekaragaman yang telah ada sebelumnya. Jogja ibarat rumah yang selalu dinanti dan dirindukan. Berbicara tentang Jogja memang tak ada habisnya. Lihatlah apa yang ditawarkannya, mulai dari pariwisata, pendidikan dan kuliner. Semuanya lengkap tersedia dan memberikan kepuasan tersendiri. Tak salah bila Jogja menyandang gelar sebagai Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Budaya, Kota Wisata, karena memang merajai semua sektor-sektor tersebut.


Sumber : antaranews.com

Jogja ini jualannya banyak. Begitu banyak sekolah-sekolah sampai perguruan tinggi tempat menimba ilmu. Secara kuantitas maupun kualitas termasuk bagus di Indonesia. Tempat-tempat wisata yang ada diantaranya Candi Prambanan, Malioboro, Benteng Vrederburg, Keraton, Taman Sari, Taman Pintar, Kids Fun Park, Agrowisata Kinahrejo, Kaliurang dan sebagainya. Terlebih lagi wisata alam mulai dari goa-goa misalnya Goa Pindul, Gunung Api Purba Nglanggeran sampai pantai-pantai seperti pantai Parangtritis yang terkenal dan pantai di kabupaten Gunung Kidul yang belakangan tereksplorasi keindahannya telah menjadi surganya para pelancong. 


Aku sendiri telah menikmati hidup di Jogja tercinta ini selama hampir 5 tahun. Dahulu cita-citaku memang meneruskan kuliah di Jogja. Selepas SMA, aku beserta teman-teman mendaftar perguruan tinggi yang kami minati. Teman-temanku tidak saja mendaftar perguruan tinggi yang ada di Jogja saja tetapi juga yang terdapat di Semarang, Purwokerto, Solo, Bandung, Bogor, Jakarta. Sementara aku sendiri hanya mendaftar di Jogja saja, tidak dengan kota-kota lain. Aku sangat ngotot kuliah di Jogja karena aku tahu disinilah tempatnya pendidikan berkualitas. Bagaimanapun caranya aku harus berkuliah di Jogja, begitu pendirianku dahulu dan akhirnya hal itu pun menjadi kenyataan. Aku telah menikmati keindahan Jogja sekaligus suasana keakraban dan keramahtamahan penduduknya. Aku telah menjadi salah satu saksi bahwa Jogja memang pantas menyandang semua gelar yang disematkan padanya. 

Namun, tiada gading yang tak retak. Semua hal-hal baik yang ada di Jogja sedikit tercoreng dengan hal-hal yang menegasikannya, dan lagi-lagi aku menjadi saksi dari semua itu, seperti foto-foto berikut ini :

1. Aksi corat-coret baju beberapa pelajar untuk merayakan kelulusan UAN



Awalnya aku agak kaget juga sih melihat foto ini. Menurutku pribadi, sayang sekali baju seragamnya dicorat-coret walaupun yang aku baca mereka beralasan bahwa aksi itu adalah ekspresi kegembiraannya setelah 3 tahun mengenyam pendidikan di SMA. Bukankah mengungkapkan rasa syukur tak harus dengan melakukan kegiatan yang tak bermanfaat? Kalau menurut aku pribadi, lebih baik kan baju seragamnya disumbangkan kepada yang membutuhkan. Masih banyak lho siswa-siswa lain yang kurang mampu di Indonesia ini. Aku Ingin Jogja terbebas dari perilaku yang mengundang komentar negatif semacam ini. Aku Ingin Jogja memberikan peraturan yang tegas dan pelaksanaan yang riil untuk menghilangkan kegiatan yang tak berfaedah ini. Sayang kan, sekalipun Jogja dijuluki Kota Pelajar dan tidak semua pelajar merayakan kelulusannya dengan cara seperti ini, tetapi bila ada segelintir saja yang melakukannya, ibaratnya karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Aku Ingin Jogja memperhatikan hal ini dengan serius dan mengupayakan tindakan-tindakan untuk mencegahnya, seperti sekolah cukup memberikan surat kelulusan yang dialamatkan ke rumah siswa masing-masing. Cara lain misalnya berkonsolidasi dengan para orang tua untuk memberikan pemahaman yang baik pada anak-anaknya untuk tidak melakukan aksi corat-coret, apalagi biasanya dilanjutkan dengan konvoi yang justru memberikan citra buruk baik bagi dirinya sendiri maupun sekolah. Aku berharap hal demikian karena Aku Ingin Jogja mempunyai pelajar yang dapat menjadi contoh yang baik bagi pelajar di daerah-daerah lain. 

2. Kotornya Pantai Trisik


Dokumentasi Pribadi

Foto ini aku ambil saat aku melakukan studi lapangan untuk salah satu mata kuliahku dulu. Ini adalah Pantai Trisik, salah satu pantai yang ada di Jogja, tepatnya di wilayah kabupaten Kulon Progo. Sekilas tak ada yang aneh dengan pantai ini. Oke, aku perluas sudut pandangnya menjadi seperti ini...


Dokumentasi Pribadi

Jrenggg...keindahannya langsung pudar dalam waktu 5 detik. Sayang beribu sayang memang, sampahnya berserakan kemana-mana. Padahal Pantai Trisik ini juga memiliki kekhasan tersendiri yakni menjadi tempat yang didatangi oleh burung-burung migran. Menurutku bisa jadi paket wisata yang menarik dan berbeda dari yang lainnya, yakni pengamatan burung migran saat musimnya. Tetapi dengan kondisi yang seperti itu, tentu jarang orang yang bertandang, paling-paling hanya mahasiswa praktikum seperti aku dan teman-temanku dulu. Sekalipun masih terdapat pantai-pantai lainnya yang lebih indah dan menjanjikan bagi wisatawan, namun Pantai Trisik tak boleh begitu saja dilupakan. Aku Ingin Jogja memperhatikan kebersihan Pantai Trisik, karena bagaimanapun juga lingkungan yang bersih adalah kewajiban pemiliknya. Sebenarnya, sampah-sampah ini berasal dari sungai Progo yang bermuara disini. Jadi, Aku Ingin Jogja mengajak dan benar-benar menerapkan aturan pada masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. Aku ingin Jogja menyayangi Pantai Trisik seperti halnya sayang pada pantai-pantai yang lainnya. Dengan demikian, tak ada nila yang merusak susu seperti fenomena sebelumnya. 

3.  Vandalisme di Taman Sari


Dokumentasi Pribadi

Taman Sari merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Jogja. Taman Sari ini dahulunya pesanggrahan raja-raja Jogja. Sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi, Taman Sari kerap dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negri. Nilai historis dan estetisnya menjadi daya tarik tersendiri. Aku sendiri pertama kali berkunjung ke Taman Sari dengan dua orang temanku waktu itu. Seperti orang kebanyakan, kami menyusuri tempat-tempat seperti kolam pemandian, gapura, dan yang lainnya kebetulan lupa. Tak lupa kami juga berfoto-foto ria seperti gambar di atas. Baik, coba perhatikan dinding di sekitar kami. Penuh coretan tidak jelas yang membuat sakit mata. Aku kaget sekali saat itu, melihat dinding yang dicorat-coret tangan-tangan jahil di sana-sini. Aksi vandalisme semacam ini memang sangat kejam sekali. Bukankah bangunan bersejarah ini perlu diperhatikan dan dilindungi dari hal-hal yang tidak baik? Maka dari itu, Aku Ingin Jogja mencegah tindakan ini terulang kembali. Caranya bisa dengan memberikan kamera pengawas sehingga gerak-gerik orang-orang yang aneh dapat terpantau. Dengan adanya kamera pengawas, maka orang yang berniat jahat untuk merusak akan takut bila aksinya terekam. Pada akhirnya Taman Sari aman dari gangguan orang yang iseng. Selain itu, Aku Ingin Jogja mengecat ulang dinding-dinding yang penuh coretan jahil tersebut agar keindahannya tak berkurang. Aku Ingin Jogja melindungi dan melestarikan Taman Sari sepenuh hati sehingga kelak generasi muda penerus Jogja masih mendapati keindahan bangunan ini, tak sekedar tinggal nama besar saja.

4. Peristiwa bununh diri di rel KA


Dokumentasi Pribadi

Ini nih, yang sedang menjadi perbincangan hangat publik Jogja. Bunuh diri dengan menabrakkan diri ke kerata api yang melaju. Aku tak habis pikir, geleng-geleng kepala, mendecakkan lidah... Sudah tiga kali peritiwa ini berulang. Sampe berita di koran Sindo di atas tertanggal 9 Juni 2013 kemarin menjadi saksi hidup. Sangat miris bukan? Jogja yang kita kenal sebagai pemilik harapan hidup tertinggi se-Indonesia  (74 tahun untuk laki-laki dan 68 tahun untuk wanita) ternyata juga memiliki cerita yang berbeda. Yah memang masalah hidup tiap orang berbeda juga sih makanya aku nggak bisa komen untuk masalah ini. Namun, aku berharap kejadian ini tak terulang kembali. Aku Ingin Jogja memperhatikan pengamanan palang pintu kereta api agar tidak ada orang yang menerobos sekenanya. Susah juga sih, karena kadang ada sisi yang tidak tertutup palang tetapi memungkinkan orang untuk mendekati rel kereta api. Perlu dilakukan cara lain misalnya Jogja memberikan bimbingan konseling keliling untuk masyarakatnya, mengadakan acara-acara keagamaan atau yang terkait dengan aspek psikologis masyarakat, bisa juga melalui tokoh masyarakat untuk memberikan panutan dan pemahaman baik dalam menghadapi hidup. Aku Ingin Jogja menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali sehingga betapa beratnya masalah yang dihadapi warga, mereka tetap tabah dan tidak melakukan hal-hal yang membahayakan keselamatan dirinya.

5. Premanisme dan kejahatan di Jogja


Ini juga salah satu hal yang diperbincangkan di Jogja akhir-akhir ini. Premanisme jelas ditentang oleh masyarakat asli Jogja dan tentunya masyarakat luar Jogja. Tak hanya premanisme, tingkat kejahatan juga semakin mengkhawatirkan. Ada-ada saja beritanya, mulai dari pencurian laptop di kos-kosan yang cukup sering terjadi, sampai pembacokan atau penusukan pun menambah daftar kelam tindak kriminal di Jogja. Aku sendiri sampai was-was dengan berita semacam ini. Masih ingat, kalau tidak salah sih 2 atau 3 tahun lalu, terjadi peristiwa pembacokan oleh orang yang memakai vario putih yang diduga mendalami ilmu hitam. Ya ampun, aneh-aneh aja sih, begitu batinku, dan belakangan ini aku lihat di berita juga terulang kejadian yang sama yakni pembacokan di angkringan sekitaran Keraton dan di Jalan HOS Cokroaminoto. Untuk sekarang aku masih belum terlalu khawatir karena aku jarang pulang malam, kecuali kalau ada tugas. Nah, berkaca dari peristiwa ini Aku Ingin Jogja meningkatkan keamanan wilayahnya entah itu dengan razia senjata tajam, atau dengan cara lain. Aku Ingin Jogja ini tak hanya nyaman tetapi juga aman, karena nyaman saja tidak cukup untuk membuat betah orang tinggal. Aku Ingin Jogja menjadi tempat yang tenang dan jauh dari kerusuhan karena kewajiban bersamalah membuat masyarakat baik yang asli maupun pendatang merasa tenteram dan damai.

6. Kemacetan di Jogja



Jogja ini udah mulai macet lhooo....mau itu musim liburan atau tidak, di beberapa ruas jalan dipadati kendaraan yang merayap pelan, terutama di jam-jam sibuk saat anak sekolah dan pegawai kantoran masuk. Pengalamanku sendiri yakni di jalan Malioboro, jalan Gejayan, jalan C.Simanjuntak, jalan Laksda Adisucipto dan beberapa jalan lain setiap hari kendaraan yang melintas beriring-iringan seperti rombongan manten. Lancar sih lancar, dan macetnya memang tidak parah-parah banget, tapi tetap membuat sedikit kesal. Apalagi kalau ketemu traffic light, sampai-sampai kendaraan yang di belakang harus nunggu 2 kali lampu hijau untuk meneruskan perjalanannya. Kebetulan aku pernah baca di koran awal Juni kalau 10 tahun prediksinya Jogja akan macet di hampir setengah ruas jalan yang ada. Oh tidak...jangan sampai Jogja menjadi Jakarta kedua. Maka dari itu, Aku Ingin Jogja terbebas dari kemacetan yang ada yakni dengan cara meningkatkan baik kuantitas atau kualitas kendaraan transportasi massal. Angkutan umum itu sering ngetem, makanya orang malas kalau harus naik. Ini harus dibenahi agar penggunaan dan kepuasan masyarakat dalam menggunakan angkutan umum meningkat. Aku Ingin Jogja menjadi kota yang ramah bagi siapapun entah itu wisatawan yang berkunjung ataupun warga asli Jogja yang beraktivitas tidak terganggu dan dirugikan dengan adanya kemacetan ini.

Foto terkadang menceritakan banyak hal, talks more than we thought. Foto-foto di atas hanyalah secuil fenomena yang merekam jejak Jogja. Harapanku secara umum yakni Aku Ingin Jogja mengupayakan suatu solusi untuk mengatasi apa yang diceritakan foto-foto tersebut. Aku Ingin Jogja menjadi teladan bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Teladan pelajarnya, teladan masyarakatnya, teladan budayanya, dan teladan tingkah lakunya, teladan segalanya. Semoga apa yang kutulis ini menjadi masukan bagi Jogja sendiri untuk berubah ke arah kebaikan J


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #AkuInginJogja yang diadakan oleh obrolanmediajogja.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ternyata Aku Gak Punya Sidik Jari...

Kali ini aku mau bercerita lagi..Ini berkaitan dengan malangnya nasib yang kualami. Baiklah..aku akan bercerita... Pada suatu ketika...once upon a time...ada sebuah kisah.. kisah yang terlalu pilu untuk diceritakan... ini tentang seseorang yang kehilangan sidik jarinya.. itulah aku.. Nasip oh nasip.... Sebelumnya, knapa aku bikin post ini karena tiba2 aja aku liet tanganku ini. Ceritanya lagi makan pake tangan, eh tiba2 kenangan itu muncul..Jadi ada ide nih buat nge blog. Aku ini orangnya suka milih kalo makan. Aku cenderung gak suka makanan manis2, roti terutama. Ya tapi klo brownies sih mau...iya laaah...masa gak suka brownies,keterlaluan. Pokonya kalo cokelat aku mau, tapi kalo yg lain gak terlalu suka. Makanan idamanku semisal yang asin2 ato gurih2. So, aku ini senengnya kalo ngemil tu keripik2 buka yg roti2 gitu...Saking sukanya sama asin n gurih, makanan macem itu bisa langsung abis sekali aku adepin. Nah.....suatu ketika, aku masih kelas 1 SMP waktu itu. Ke

Pengalaman Lolos Tes CPNS Dosen Kemenag

Yakin..Terkadang Memang Sulit Mengerti Takdir Yang Allah Putuskan, Tapi Yakinlah Bersamanya Ada Kebaikan I am a typical person who tend to get what I want… SD-SMP-SMA-Kuliah S1 dan S2 boleh dibilang lancar jaya.Ya gak jaya mahe amat sih, tapi overall bisa dikatakan sesuai track. Selesai S2 adalah saat dimana gue sadar gue akan bekerja. Bekerja artinya untuk mempersiapkan finansial demi kehidupan yang dijalani dan pekerjaan yang gue cari selama ini adalah dosen. Ini adalah sepenggal pengalaman mencari pekerjaan sebagai dosen yang telah gue jalani.  pengalaman cari kerja Ini adalah first impression saat gue menjejakkan kaki di Kalimantan Selatan, saat akhirnya gue keterima jadi dosen non-PNS.  my first impression Sejak awal daftar di Kalsel niatnya adalah pengen punya pengalaman kerja biar keterima kerja di Jawa karena selama apply kerja di Jawa itu selalu kalah di pengalaman kerja atau kalah ama “orang dalam”. Padahal awal ikut daftar tes dosen non-PNS di kalsel i

Resensi Film : TANGLED

Film animasi tahun 2010 ini adalah film animasi yang paling kusuka. Walau udah 2 tahun yang lalu, aku masih sering re-run film ini. Diisi oleh suara milik Mandy Moore dan Zachary Levi membuat film ini semakin berkarakter. Tangled sendiri diartikan sebagai hair (rambut) karena ceritanya memang tentang Rapunzel si Rambut Pirang Ajaib. Rapunzel (Mandy Moore) adalah putri kerajaan yang diculik oleh Gothel si Penyihir (Donna Murphy). Gothel ingin memanfaatkan rambut ajaib Rapunzel agar tetap awet muda. Sementara Rapunzel kecil tidak mengetahui bahwa dia diculik sejak masih bayi. Waktu terus berganti sampai akhirnya Rapunzel akan berumur 18 tahun. Selama hampir 18 tahun, dia selalu melihat cahaya-cahaya yang bersinar dari kejauhan di malam ketika dia berulang tahun.  Mimpi Rapunzel adalah melihat cahaya-cahaya itu dari dekat, namun Gothel tidak pernah mengizinkan dengan alasan banyak orang jahat di luar yang akan memanfaatkan rambut ajaibnya. Sampai suatu saat Rapunzel bertemu