Langsung ke konten utama

Everything is Your Teacher

Aku sepenuhnya paham akan twit yang ditulis Desi Anwar ini. Dalam bahasa sederhanaku, apa-apa baik yang tampak dan tak tampak memiliki pesan tersurat dan tersirat. Lebih-lebih pengalaman hidup. Melihat pengalaman hidup kita di masa lalu sekaligus pengalaman hidup orang lain menurutku adalah salah satu cara untuk menuju ke arah kebaikan, salah satunya yaitu menjadi pribadi yang banyak bersyukur pada Tuhan.....


Aku takkan menulis cerita ini kalau temanku tidak bercerita. Aku juga takkan lebih mensyukuri nikmat Tuhan kalau saja aku tidak membaca sebuah kisah yang diungkap oleh sebuah majalah ibukota. Menjadi mahasiswa itu gampang-gampang susah. Apalagi kalau memasuki masa skripsi, ada yang senang, ada yang malesan termasuk aku, ada juga yang gak jelas. Sebenarnya aku udah mau tutup lapak mengenai hal2 yang berhubungan dengan skripsi, mengingat aku sendiri tidak maksimal. Selama 7 bulan itu, aku hanya setengah2 mengerjakannya, antara pengen cepat lulus dan masih gak percaya mau lulus karena lulus berarti peluang menjadi jobless ada dan buktinya sekarang aku beneran jadi jobless. Aku lulus perasaanku biasa aja. Tanpa perjuangan yang membekas di hati. Aku sekedar memenuhi kewajibanku sebagai seorang mahasiswa saja, tidak lebih dari itu. Itu aku. Saat temenku Sih bertandang ke kosku, aku pun menyadari bahwa bagi sebagian orang skripsi itu adalah sebuah perjuangan yang benar2 menguras tenaga, mental, pikiran, biaya. Aku sepenuhnya tahu akan hal itu, bahwa beberapa orang temanku diantara kesibukan mencari nafkah tetap semangat mengerjakan skripsi. Aku tahu perjuangan mereka. Tapi, saat aku mendengar cerita bahwa seorang mahasiswa berjuang untuk lulus setelah 8 tahun lamanya di bangku kuliah, aku cukup kaget. 8 tahun cukup membuat mental tersiksa bukan? Itu karena terdapat masalah dengan skripsinya sehingga membuat Ybs rapuh secara psikis. Aku akhirnya paham, tidak semua orang terlahir dengan mental yang kuat, tidak semua orang memiliki ketahanan tinggi terhadap suatu masalah hidup yang menerpa. Orang2 seperti aku, yang lumayan cuek dan malasnya minta ampun ini, memiliki karakter santai dan tidak mau ambil pusing dengan skripsi. Tetapi, bagi mereka, ketakutan adalah teman hidupnya. Mentalnya tak terbentuk, jiwa yang gelisah dan ingin lari dari masalah. Padahal itu cuma skripsi, demikian kataku. Aku bisa membayangkan betapa yang namanya skripsi adalah perjuangan yang benar2 perjuangan bagi mereka yang harus melawan kerapuhan mentalnya saat mengerjakannya. Aku tahu tidak mudah bagi mereka lantaran takut selalu menghantui. Pastilah jiwa mereka sangat tertekan, tercabik oleh kata yang namanya skripsi. Dari sini aku mendapat pelajaran, aku beruntung terlahir setidaknya menjadi manusia yang normal, aku beruntung saat aku skripsi dulu Tuhan selalu mempermudah, dan aku beruntung aku tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Dan aku pun bersyukur, sangat bersyukur pada Tuhan...
Sehari setelah temenku bercerita, lagi2 Tuhan menegurku secara halus. Hari ini tepatnya, aku membeli makan siang di warung. Sembari menunggu si penjual, aku membaca2 sebuah majalah yang baru terbit. Mulanya aku tidak memperhatikan, asal buka sampai pada halaman kisah nyata, aku tertegun. Seorang wanita muda dengan anaknya yang, maaf, cacat pada tangan dan kaki ditelantarkan suaminya sendiri. Alasan mengapa si suami meninggalkannya tidak jelas karena pemberitaan yang simpang siur, menurut analisisku sih karena kondisi fisik si anak mungkin membuat malu si ayah. Wanita itu bercerita, walau dengan kondisi demikian, dia tetap mengerjakan skripsinya dan berhasil lulus kemarin September. Aku cukup kaget,seperti pada cerita   sebelumnya, karena si wanita ini mengenyam di univ yang sama denganku. Artinya kemarin Sepetember sama2 lulus. Aku buka2 lagi buku wisudaku dan ketemulah dia. Dia masih sangat muda. Muda sekali untuk menerima cobaan yang berat itu. Di usianya yang kalau orang macam aku sedang semangat2nya nerusin kuliah, dia telah mengalami pengalaman hidup yang aku yakin tak semua orang kuat menerimanya. Aku salut padanya. Salut lagi bahwa skripsinya dia kerjakan saat dia menerima cobaan itu. Memiliki seorang anak yang cacat, ditambah ditinggal suaminya yang kurang ajar, aku yakin hatinya pasti remuk redam. Di saat skripsi harusnya dikerjakan dengan konsentrasi penuh, dia malah harus membagi konsentrasinya untuk urusan keluarga. Satu kata : Hebat! Coba bayangkan, dia terkuras secara biaya, fisik, mental, dan pikiran. Aku kagum dengannya. Pada akhirnya, dia pun lulus. Tanpa berkeluh kesah karena aku yakin dia tak mau membuang tenaganya hanya untuk mengeluh yang tidak jelas. Aku membayangkan waktu aku skripsi dulu, banyak ngomel2, lebih2 pada pembimbing yang suka telat atau lupa kalau harus memberi bimbingan. Aku yang selalu kesal tanpa alasan yang jelas. Dibanding dia, pengorbananku untuk skripsi tak ada artinya. Dan akhirnya aku mendapat pelajaran kedua : aku tahu mengapa aku tidak merasakan perjuangan skripsi, tidak lain karena aku tidak mencintai skripsi. Aku yang tebayang2 dalam penyesalan akan salah masuk jurusan, itu yang aku pegang selama ini. Pantas saja kuliahku sangat mengecewakan. Pada akhirnya, skripsi tidak lebih dari syarat untuk cepat hengkang dari univ. Kembali aku bersyukur saat aku skripsi dulu aku selalu dipermudah oleh Tuhan, disemangati dan di doakan orang tua. Saat aku skripsi, aku yang selalu ngomel2 masih saja disayang Tuhan hingga aku dapat melewati semuanya. Betapa Tuhan sangat sayang padaku, betapa Dia memberikanku kemudahan2 yang bodohnya baru aku sadari sekarang. Betapa Dia sangat baik padaku dengan tidak menimpakan hal2 aneh, seperti yang terjadi pada wanita itu, padaku hingga aku berhasil lulus. Dan aku pun kembali bersyukur, sangat bersyukur...

Kedua pengalaman hidup orang lain itu kini membuatku sadar. Setiap inchi kenikmatan ini patut disyukuri mengingat tidak semua kenikmatan dapat dirasakan orang lain. Rasanya tidak berlebihan jika Desi Anwar mengatakan hal itu, Everything is Your Teacher. Ya, aku 1000% setuju dengannya. Hanya saja kita harus pandai2 melihat dan mengambil hikmah dari semua yang terjadi. Maka teman2 yang sedang proses skripsi, tetaplah semangat dan bersyukur sudah sampai sejauh ini. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ternyata Aku Gak Punya Sidik Jari...

Kali ini aku mau bercerita lagi..Ini berkaitan dengan malangnya nasib yang kualami. Baiklah..aku akan bercerita... Pada suatu ketika...once upon a time...ada sebuah kisah.. kisah yang terlalu pilu untuk diceritakan... ini tentang seseorang yang kehilangan sidik jarinya.. itulah aku.. Nasip oh nasip.... Sebelumnya, knapa aku bikin post ini karena tiba2 aja aku liet tanganku ini. Ceritanya lagi makan pake tangan, eh tiba2 kenangan itu muncul..Jadi ada ide nih buat nge blog. Aku ini orangnya suka milih kalo makan. Aku cenderung gak suka makanan manis2, roti terutama. Ya tapi klo brownies sih mau...iya laaah...masa gak suka brownies,keterlaluan. Pokonya kalo cokelat aku mau, tapi kalo yg lain gak terlalu suka. Makanan idamanku semisal yang asin2 ato gurih2. So, aku ini senengnya kalo ngemil tu keripik2 buka yg roti2 gitu...Saking sukanya sama asin n gurih, makanan macem itu bisa langsung abis sekali aku adepin. Nah.....suatu ketika, aku masih kelas 1 SMP waktu itu. Ke

Pengalaman Lolos Tes CPNS Dosen Kemenag

Yakin..Terkadang Memang Sulit Mengerti Takdir Yang Allah Putuskan, Tapi Yakinlah Bersamanya Ada Kebaikan I am a typical person who tend to get what I want… SD-SMP-SMA-Kuliah S1 dan S2 boleh dibilang lancar jaya.Ya gak jaya mahe amat sih, tapi overall bisa dikatakan sesuai track. Selesai S2 adalah saat dimana gue sadar gue akan bekerja. Bekerja artinya untuk mempersiapkan finansial demi kehidupan yang dijalani dan pekerjaan yang gue cari selama ini adalah dosen. Ini adalah sepenggal pengalaman mencari pekerjaan sebagai dosen yang telah gue jalani.  pengalaman cari kerja Ini adalah first impression saat gue menjejakkan kaki di Kalimantan Selatan, saat akhirnya gue keterima jadi dosen non-PNS.  my first impression Sejak awal daftar di Kalsel niatnya adalah pengen punya pengalaman kerja biar keterima kerja di Jawa karena selama apply kerja di Jawa itu selalu kalah di pengalaman kerja atau kalah ama “orang dalam”. Padahal awal ikut daftar tes dosen non-PNS di kalsel i

Resensi Film : TANGLED

Film animasi tahun 2010 ini adalah film animasi yang paling kusuka. Walau udah 2 tahun yang lalu, aku masih sering re-run film ini. Diisi oleh suara milik Mandy Moore dan Zachary Levi membuat film ini semakin berkarakter. Tangled sendiri diartikan sebagai hair (rambut) karena ceritanya memang tentang Rapunzel si Rambut Pirang Ajaib. Rapunzel (Mandy Moore) adalah putri kerajaan yang diculik oleh Gothel si Penyihir (Donna Murphy). Gothel ingin memanfaatkan rambut ajaib Rapunzel agar tetap awet muda. Sementara Rapunzel kecil tidak mengetahui bahwa dia diculik sejak masih bayi. Waktu terus berganti sampai akhirnya Rapunzel akan berumur 18 tahun. Selama hampir 18 tahun, dia selalu melihat cahaya-cahaya yang bersinar dari kejauhan di malam ketika dia berulang tahun.  Mimpi Rapunzel adalah melihat cahaya-cahaya itu dari dekat, namun Gothel tidak pernah mengizinkan dengan alasan banyak orang jahat di luar yang akan memanfaatkan rambut ajaibnya. Sampai suatu saat Rapunzel bertemu